Gelar I Gusti Ngurah Rai Sebagai Pahlawan Nasional Indonesia

I Gusti Ngurah Rai merupakan salah satu pahlawan nasional Indonesia. Sosok I Gusti Ngurah Rai merupakan tokoh yang penuh semangat dan perjuangan yang luar biasa. Ia adalah seorang pemimpin tentara yang sukses mencegah invasi Belanda pada tahun 1946. Selain itu, I Gusti Ngurah Rai juga menyumbangkan peran besar untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Karena itu, ia dihargai dan diangkat sebagai salah satu pahlawan nasional Indonesia.

Sejarah I Gusti Ngurah Rai

I Gusti Ngurah Rai lahir di Desa Batur, Kecamatan Sakah, Kabupaten Badung, Bali, pada tanggal 8 November 1917. Ia merupakan anak pertama dari sepasang suami istri yang bernama I Wayan Partha dan Ni Ayu Oka. I Gusti Ngurah Rai menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Rakyat Belalang, Sekolah Dasar Batur, dan Pesantren Dalem. Setelah lulus dari Pesantren Dalem, ia melanjutkan pendidikannya di Sekolah Tinggi Ketrampilan dan Keahlian Militer (STKKM) di Yogyakarta pada tahun 1942.

Perjuangan I Gusti Ngurah Rai Menentang Belanda

Pada tahun 1945, I Gusti Ngurah Rai menjadi pemimpin tentara yang bertugas untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Ia dipromosikan menjadi Letnan Kolonel atau Letkol yang bertugas untuk memerintahkan Brigif I/Kunir. Brigif I/Kunir adalah pasukan yang bertugas untuk memerangi Belanda. Pada tanggal 20 November 1946, I Gusti Ngurah Rai berhasil mencegah invasi Belanda dengan menyebabkan kerugian yang besar bagi Belanda.

Pengakuan Atas Perjuangan I Gusti Ngurah Rai

Karena perjuangan yang luar biasa, I Gusti Ngurah Rai menerima pengakuan atas perjuangannya. Ia diangkat sebagai salah satu pahlawan nasional Indonesia pada tanggal 9 November 1959. Selain itu, ia juga menerima berbagai penghargaan lain, termasuk Penghargaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) dan Penghargaan Bintang Mahaputera Adipradana. I Gusti Ngurah Rai juga diberi julukan sebagai Bapak Pasukan Angkatan Udara (Bapak Paskud).

Kegiatan Pasca Perang I Gusti Ngurah Rai

Setelah perang berakhir, I Gusti Ngurah Rai terus melanjutkan perjuangannya. Ia menjadi anggota DPR RI pada tahun 1955 hingga 1959. Ia juga menjadi anggota Komisi I DPR RI pada tahun 1956 hingga 1959. Selain itu, ia juga menjadi Wakil Ketua Komisi I DPR RI pada tahun 1957 hingga 1959. Ia juga pernah menjabat sebagai Wakil Komandan Satuan Udara 2/Seskoad (1960-1962).

Kematian I Gusti Ngurah Rai

I Gusti Ngurah Rai meninggal dunia pada tanggal 20 Maret 1966 akibat serangan jantung. Ia dimakamkan di Desa Batur, Kecamatan Sakah, Kabupaten Badung, Bali. Setelah kematiannya, banyak tempat-tempat di Bali yang diberi nama I Gusti Ngurah Rai. Di antaranya adalah Bandara I Gusti Ngurah Rai, Pintu Gerbang I Gusti Ngurah Rai, dan Pantai I Gusti Ngurah Rai.

Peringatan I Gusti Ngurah Rai

Untuk mengenang jasa-jasanya, setiap tahunnya tanggal 20 Maret diselenggarakan peringatan Hari Pahlawan I Gusti Ngurah Rai. Acara ini diikuti oleh berbagai macam kegiatan seperti upacara bendera, lomba karya sastra, lomba seni, lomba dayung, hingga lomba balap sepeda. Selain itu, di beberapa tempat di Bali juga diadakan upacara tinggal layar untuk mengenang jasa-jasanya. Hal itu merupakan salah satu bentuk rasa syukur masyarakat Bali atas jasanya.

Kesimpulan

I Gusti Ngurah Rai adalah salah satu pahlawan nasional Indonesia yang berjasa besar untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Ia berhasil mencegah invasi Belanda pada tahun 1946 dan diangkat sebagai salah satu pahlawan nasional Indonesia. Ia juga pernah menjabat sebagai anggota DPR RI dan Wakil Komandan Satuan Udara 2/Seskoad. I Gusti Ngurah Rai meninggal dunia pada tanggal 20 Maret 1966 dan untuk mengenang jasanya, setiap tahunnya tanggal 20 Maret diselenggarakan peringatan Hari Pahlawan I Gusti Ngurah Rai.